Anak = Aset??

>> 11 Mei 2010

Kata orang banyak anak berarti banyak rejeki. Mengamati fenomena anak2 “super” jaman sekarang, kayanya ungkapan ini emang tepat banget. Kenapa aku sebut super? Karena kecil2 banyak yang uda jadi artis terkenal, berbakat di berbagai bidang, pinter ngomong, dan ada yang berprestasi di sekolah ada juga yang gak. Dulu pas kecil, ga ada produser yang mau ngorbitin aku siyy, bakatku terkubur dengan sia2 deh. Hehehe..

Ga kebayang anak2 umur 6-7 tahun ngapalin script, begadang malem2 nungguin syuting, padahal besok paginya mesti masuk sekolah lagi. Mungkin karena susu formula sekarang mahal2 dan bernutrisi tinggi, makanya kapasitas otak mereka besar dan gampang nyerap informasi baru. Ga kaya qt2, yang produk jaman dulu. Otaknya cepet panas & nge-hang. Mesti sering di-refresh dan di-defrag mulu. Qeqeqe..

Tapi aku tetep bersyukur kok, ga jadi anak super. Karena aku menjalani masa kecilku dengan normal. Bangun-mandi-sekolah-pulang-maen-maen-maen-maen-mandi-nontonTV-bobo. Kalo maennya kebanyakan normal ga ? Urusan belajar ya ntar kalo mo ulangan aja, hihihi.. anak Indonesia asli, sukanya SKS (Sistem Kebut Semalam).

Kadang suka kasian ngeliat mereka2 yang super, walaupun bergelimang harta tapi mereka keilangan masa kanak2 mereka. Kecil2 uda ngerti dandan, pake gincu ma shading biar tulang pipi keliatan tirus. Aku aja pake make-up kalo kondangan doank (keterlaluan yah? Wakakak..). Obrolannya juga tentang cinta2an, ga sedikit juga yang ngaku uda punya “pacar”. Entah pacar macam apa yang dimaksud oleh bocah2 ini..

Sering sekali aku temuin anak2 bermuka cakep, lucu, imut2 bahkan berwajah blasteran juga uda ga aneh disini. Jakarta emang gudangnya artis yah.. Ga heran, banyak sekali bintang2 cilik asal Jakarta bertaburan menghiasi layar kaca kita. Tapi, sedih kalo denger kabar artis2 cilik ini setelah menginjak usia remaja justru terjerat narkoba atau hamil diluar nikah. Atau malah ada yang stres, bikin2 sensasi biar diinget terus ma fans-nya..

Kalo uda kaya gini, salah siapa yah? Salah anaknya bermuka lucu dan cerdas? Salah ortunya yang ngijinin anaknya jadi artis? Salah produsernya uda nawarin kesempatan njadiin anak itu sebagai bintang? Ato justru salah pemirsa yang setia menonton sinetron2 yang dibintangi anak tersebut sehingga sinetron or filmya laku keras? Ga tau deh, salah siapa.. Sepertinya semua punya andil dan semua pihak ada benarnya jika dilihat dari sudut pandang masing2.

Pernah nonton film dokumenter yang berjudul “My Kid Could Paint That“, mungkin keluaran sekitar taun 2004-2005? Film in adalah kisah nyata tentang anak kecil yang jenius dalam melukis abstrak. Namanya Marla Olmstead. Anak ini suka sekali melukis dengan cat minyak diatas kanvas ayahnya. Kebetulan ayahnya, Mark Olmstead juga hobi melukis. Ketika lukisan corat coret karya Marla uda jadi, bapaknya terkagum2 melihat bakat anaknya. Menurut Mark, teknik yang digunakan Marla sangat tinggi.. Bapaknya langsung membelikan peralatan lukis khusus untuk Marla. Marla girang banget, anak ini memang cinta banget dengan berbagai warna sehingga hasil lukisannya meriah dan enak dilihat.

Sampe suatu ketika, ada temen Mark maen kerumah dan ngeliat lukisan abstrak Marla. Temennya ini juga terkagum2 dibuatnya, dia menawarkan kepada Mark untuk memajang lukisan Marla di restoran kecil miliknya. Mark setuju, dan berpindahlah beberapa lukisan Marla ke restoran pria tadi.

Ga dinyana2, banyak orang yang suka dengan lukisan Marla dan mereka takjub setelah mengetahui itu adalah goresan tangan dari seorang anak kecil. Gosipnya langsung nyebar seantero kota dan restoran ini jadi laris banget, karena orang penasaran pengen ngeliat langsung buktinya. Bahkan wartawan kota setempat juga datang mempublikasikan. Pemberitaan dengan bumbu2 penyedap bikin kota ini semakin gempar. Ada yang datang berniat membeli lukisan, dan terjuallah lukisan pertama Marla dengan harga $250.

Temen Mark mulai tergiur untuk meraup keuntungan lebih, dia membujuk Mark untuk mengadakan galeri untuk karya2 Marla. Mark langsung setuju, tapi istri Mark, Laura Olmstead, ragu2. Apalagi ada seorang wartawan dari surat kabar yang datang kerumah mereka untuk wawancara, sudah memperingatkan “Apakah kamu yakin, kamu pengen bikin anakmu terkenal? Nanti dia dan keluarga kalian uda ga punya privasi lagi. Aku uda pernah liat akibatnya dan sangat fatal. Kalian harus tau betapa kejamnya pers pada kehidupan seseorang. Anakmu ini masih polos, mumpung masi ada kesempatan mending ga usah di blow-up aja”. Tapi apa daya, gemerlap lampu blitz uda menyilaukan mata Mark dan persiapan galeri Marla tetep jalan terus.

Grand opening galeri Marla terbilang sukses besar. Banyak lukisan Marla yang laku ribuan dollar. Marla & keluarganya mulai ditanggap sana sini, wajah2 mereka muncul di layar kaca dan tabloid selama berminggu2. Jika menghadiri suatu acara, mereka dijemput limosin. Mereka bisa berjalan di red carpet suatu acara malam amal, berjabat tangan dengan artis2 terkenal. Harga lukisan Marla melambung tinggi, mencapai $15.000! Hal yang ga pernah dibayangkan sebelumnya oleh Mark, bahkan dalam mimpi terindahnya sekalipun.

Tapi emang roda itu muter, kadang diatas kadang dibawah. Pohon kelapa makin keatas, makin bergoyang ditiup angin. Ada orang yang ngiri dengan kesuksesan mereka dan menghembuskan kabar tak sedap kalo lukisan Marla selama ini dibuat oleh bapaknya. Waaw, santapan empuk! Infotainment langsung meng-ekspose gosip ini dan mencoba me-ricek dengan keluarga Marla. Mark jelas mbantah dengan tegas, Laura juga. Tapi namanya wartawan infotainment dan paparazzi, paling gigih nyari berita dan foto ter-gress. Mereka terus menerus mengganggu kehidupan keluarga Marla, sampai Marla selalu kecapekan dan malas melukis lagi. Khalayak ramai mulai mempertanyakan kebenaran gosip ini, dan pamor Marla pun mule meredup. Ada juga yang berpendapat, lukisan abstrak itu sangat relatif. Bagus enggaknya tergantung yang ngomenin, dan setelah diamati ternyata lukisan Marla biasa2 aja tuh. “My kid could paint that”, kata orang2. Cuma coret2 aja.. Mark sangat terpukul dengan pemberitaan ini.

Ada orang yang kasian ngeliat keluarga Olmstead, dan menyarankan gimana kalo dirumah mereka dipasangin kamera supaya ngebuktiin kalo Marla memang asli pelukisnya? Mark setuju, tapi ternyata adanya kamera bikin Marla makin ga napsu nyentuh kanvas. Orang2 makin kasak kusuk, menuduh bahwa Mark adalah pembohong besar, mengeksploitasi anaknya. Mark makin terpuruk, Laura uda bilang mending ga usah ditanggepin, ga usah ada interview lagi, ga usah klarifikasi lagi, kasian Marla-nya jadi ga tenang dan ga seceria biasanya. Mark belum nyerah, dia nempuh cara lain dengan memasang kamera tersembunyi. Anehnya, Marla tetap tidak seperti biasa. Tampak di rekaman, Marla mencorat coret dengan asal, ga ada indah2nya blas. Bahkan di beberapa adegan, ayahnya terlihat sering memberi instruksi pada Marla untuk menggunakan warna2 tertentu atau membentuk pola2 yang biasa Marla buat dan Marla terlihat ogah2an bikinnya.

Bisa ditebak, orang2 semakin ga percaya ama Mark. Rekaman ini justru mengukuhkan pemberitaan buruk tentang keluarga Olmstead. Harga lukisan Marla menurun drastis, ga ada lagi orang yang mau ngewawancarain mereka. Tapi Laura yang dari semula ga seneng kalo Marla terkenal, malah justru lega. Dia bahagia, privasi mereka kembali dan dia ga peduli omongan orang lagi. Terserah orang mau bilang apa, Marla melukis karena memang dia cinta melukis bukan karena permintaan orang. Uang yang mereka dapatkan dari penjualan lukisan2 Marla, akan disimpan untuk biaya pendidikan Marla.

Ini mirip banget ma yang aku lagi bahas sekarang, ada beberapa orang tua tergoda untuk menjadikan anak sebagai aset mereka. Aset yang berfungsi sebagai tambang uang dan sumber mata pencaharian. Tanpa mempedulikan masa depan sang bocah, mereka terus meraup keuntungan dari bakat yang diberikan Tuhan untuk anak2 mereka. Tapi sebenarnya, mereka punya pilihan untuk melindungi anak2 mereka seperti Mark Olmstead yang punya pilihan untuk tidak mengeksploitasi Marla terus menerus sehingga Marla kehilangan keceriaannya..

0 komentar:

Posting Ter-Gress

Komentar Ter-Gress

Kategori

binatang (3) ga penting (15) imajinasi (4) lucu2-an (6) renungan (14) resensi (6) tegang (2) tips (4)

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP