Between Life & Death

>> 1 Agustus 2010

Setelah kepergian ayah mertuaku, akir2 ini aku sekarang sering berfikir tentang kematian.. Bapak yang segar bugar bisa secepat itu meninggal dunia.. Memang ga bisa dipungkiri kelahiran, kematian, jodoh, rezeki sudah digariskan Allah SWT. Semakin sering aku mengingat2 kejadian dalam hidupku, aku jadi semakin bersyukur bahwa selama ini aku sering diloloskan dari musibah bahkan maut yang mengintai.

Ular Naga Panjangnya

Kejadian ini uda lama waktu aku masih kuliah, tapi sampe sekarang susah banget dilupain. Aku liburan ke Jakarta bareng Papa dan kakakku yang kedua.. Untuk perjalanan pulang ke Semarang, kami memutuskan naik kereta. Perjalanan kereta selalu bikin ngantuk karena suara roda kereta yang monoton seakan menghipnotis kami untuk bosan dan terkantuk2 sambil sesekali menatap ke arah pemandangan diluar jendela. Baru mo nyampe Cirebon, tiba2 ada suara berdecit yang memekakkan telinga dan sewaktu aku ngeliat ke jendela ada cipratan bunga api yang semakin lama semakin memanjang. Kereta kami oleng ke kanan dan ke kiri, barang2 dari atas tempat duduk seluruh penumpang berjatuhan. Jeritan histeris terdengar, bayi2 menangis, bahkan ada anak kecil yang tertimpa koper besar dan terjepit. Pekik “Allahu Akbar” berkumandang dimana2, semua orang panik dan ga sedikit yang berlarian sepanjang gerbong. Papa langsung memegangi tangan kami dan mencoba bertahan untuk tidak terjatuh dari kursi.. Aku yang syok cuma berpandang2an dengan Papa dan kakakku, dalam hati aku berdoa “Ya Allah kalo kami mati, moga2 kami mati dalam keadaan khusnul khotimah..”

Ciiiit..Sreeeeeettttttt.. Rem kereta berjuang keras menahan laju kereta, ketika mulai terlihat kepulan asap dan debu berwarna coklat yang memenuhi jendela, aku uda menutup mata. Asli, aku pikir ajalku uda deket.. Tiba2 BRUUUUUK! Seperti menumbuk sesuatu, kereta berhenti dengan sukses, dan gerbong kami terguling miring.. Suasana hening sejenak, sedetik kemudian jeritan2 histeris kembali terdengar, orang2 berebutan keluar gerbong saling dorong, saling sikut sambil membawa barang seadanya. Handphone2 bertebaran di kolong2 kursi, suasana gerbong semrawut dan mencekam.. Beberapa penumpang luka2 dan berdarah karena tertimpa barang atau terkena pecahan kaca jendela. Papa tetep tenang dan menyuruh kami berdua untuk tidak panik. Alhamdulillah, kami membawa barang sedikit jadi bisa kami bawa masing2.. Dengan sabar kami menunggu giliran untuk keluar gerbong, meskipun didorong2 dari depan dan belakang.. Sulit sekali keluar dari gerbong, karena posisi yang amat sangat miring. Belum selesai semua penumpang turun, penduduk setempat merangsek masuk dengan niat menjarah barang2 berharga yang tertinggal. Ck..ck..ck.. Orang ketimpa musibah malah dijarah.

Jadi begini kalo kiamat, pikirku. Semua orang berlari menyelamatkan diri, sampe lupa anak istri. Banyak anak2 menangis kebingungan harus kemana, orang2 jadi beringas dan egois.. ga peduli lagi orang tua renta juga didorong dan disodok biar minggir memberi jalan. Masya Allah, ini baru musibah kecil, bagaimana nanti kalo kiamat? Berjuta2 kali lebih mengerikan dari ini..

Setelah berhasil keluar, aku kebingungan melihat kereta yang kami naiki nyungsruk di tengah2 sawah. Rupanya kereta kami keluar jalur, karena sambungan relnya ada yang belum tertutup sempurna. Aku bersyukur gerbong kami ada di tengah2 bukan gerbong pertama. Banyak sekali korban luka di gerbong sulung itu. Sedangkan gerbong bontot masi dalam jalur rel cuma aga meliuk sedikit. Penumpang gerbong bontot pun ga merasakan getaran sehebat kami2 yang di garda depan. Kami seperti main ular naga panjangnya, dan gerbong sulung yang tertangkap.

Singkat cerita, kami harus menunggu lama sekali jemputan kereta yang akan mengangkut kami untuk meneruskan perjalanan ke Semarang. Sekitar empat-lima jam berlalu, dan tibalah Cirex (Cirebon Express) yang digadang2 seluruh penumpang. Mulailah lagi perebutan masuk ke kereta penolong ini, ampun deh rasanya pengen aku tonjokin orang2 yang brutal sikut sana sini.. Padahal petugas uda bilang, semua masuk dengan tenang, tertib ga bakal ketinggalan. Tapi susah banget ngatur manusia, apalagi yang abis trauma mengalami musibah. Seharusnya jam 2 siang kami dijadwalkan tiba di Semarang, karena ada kejadian ini kami baru sampe rumah sekitar jam 8-9 malam.. Dengan antusias kami menceritakan pengalaman mendebarkan yang baru saja kami alami ke orang2 rumah.. Alhamdulillah, tak lupa kami mengucap syukur kepada-Nya..

Cakar Terbang

Beberapa bulan yang lalu, aku sedang memasak ayam goreng. Hmm.. yummy! Biasanya setelah memasukkan potongan2 ayam yang sudah dibumbui ke minyak panas, aku masih tungguin bentar sebelum aku tinggal mengerjakan pekerjaan lain. Tapi entah kenapa, hari itu lain dari biasanya.. Begitu nyemplungin anggota2 tubuh milik ayam (yang mati syahid karena menunaikan tugas mulia) ke dalam wajan, aku langsung buru2 pergi dari dapur tiba2 pengen banget nonton tipi. Padahal aku jarang banget masak sambil nonton, biasanya masak sambil nyemil2in makanan siy. Hi3x..

Kira2 lima langkah meninggalkan dapur.. DUAARR !! Aku kaget sampe nutup telinga. Aku pikir tabung gas dirumahku meledak.. Sambil beristighfar, aku ngecek anggota badanku.. Alhamdulillah semua masih lengkap, dan aku ga kenapa2. Buru2 aku balik ke dapur, sambil sedikit berlindung di balik tembok aku melihat apa yang terjadi. Ternyata gorenganku tadi meledak, cipratan minyaknya sukses mewarnai seluruh dinding dan lantai dapurku.. Masya Allah..

Sambil berjingkat2 menghindari licinnya minyak di lantai, buru2 aku matikan kompor, sembari mengecek tabung gas beserta selangnya. Alhamdulillah gak apa2. Fiuuh, trus tadi yang meledak apa dong? Beratus2 kali aku nggoreng, baru kali ini aku mengalami yang beginian. Nggoreng ayam tapi bunyinya kaya bom.. Tuh ayam pas idup nelen petasan kali ya..

Aku ngecek ayam yang setengah jadi di wajan, tu..wa..ga..pat.. Lhoh?? Kok cuma empat? Perasaan tadi masukinnya 5 potong. Sekali lagi aku itung tu..wa..ga..pat.. Nah lho! Kemana yang ke-5? Aku inget banget, the missing piece berupa cakar. Aku cari kemana2 seperti mencari korban mutilasi. Lama banget aku ga nemuin apa2, sempet kepikiran cakarku digondol jin. “Om jin, jangan diambil dong cakarnya.. Kan aku doyan. Om ambil pahanya aja deh.. Biar kaya si Ipin“ Hiyy.. Bergidik sendiri ngebayangin aku berdialog dengan jin..

Alhasil, ketemu juga cakar yang hilang di tempat yang ga lazim, nyelempit deket wastafel dan ketutupan semprotan air buat nyirem taneman. Ga kebayang gimana tadi perjalanan si Cakar melayang ke tempat itu.. Aku jadi geli sendiri. Begitu suamiku nyampe rumah, aku ceritain kronologis kejadian si Cakar Terbang itu sambil menunjukkan sisa2 medan peperangan yang terlukis di dinding dapur. Suamiku langsung kaget dan megangin kepalaku. "Ya ampun, alhamdulillah kamu gpp. Untung kamu tinggal pergi tadi, kalo ga kamu bisa masuk RS.. kena luka bakar”, sambil bermimik luar biasa cemas.

Aku langsung tertegun, ngerenungin kata2nya. Suamiku bener banget, kalo tadi aku ada di dapur waktu si Cakar meledak bisa2 aku sekarang ga disini tapi terbaring di RS dengan luka2 melepuh ato kalo lebih parah bisa buta dsb. Ya Allah, betapa bodohnya aku tadi siang. Aku cuma bersyukur bukan tabung gas yang meledak, aku belum bersyukur Allah uda menghindarkan aku dari musibah yang mengerikan. Untung suamiku mengingatkan aku. Trimakasih Ya Allah.. Alhamdulillah..


Tragedi Metromini

Kakakku dari Semarang lagi liburan ke Jakarta, senangnya melepas kangen. Apalagi kakakku yang kedua juga ikut mampir kerumahku. Akhirnya kami memutuskan jalan2 ke salah satu pusat grosir yang lumayan deket dari rumahku.. Karena hari kerja, suamiku ga bisa nganter. Meskipun dekat, perjalanan kesana harus ditempuh dengan metromini. Kami mencegat salah satu metromini yang sesuai tujuan kami. Karena penuh, aku kebagian tempat duduk di belakang pak supir yang sedang bekerja mengendali metromini..

Dengan santai aku membetulkan posisi dudukku di sebelah bapak2 yang memilih untuk duduk dekat jendela, kira2 seperempat jam perjalanan tiba2 dari arah sebelah kanan ada metromini lain yang merangsek ke sebelah metromini yang kami tumpangi. Oh tidak, jaraknya terlalu dekat dengan spion dan tempat dudukku, dan BREEEEK !! Praaaang !!! Ibu2 di barisan belakang menjerit, kedua kakakku pun terpekik kaget. Serpihan kaca dari spion dan kaca jendela di deretan kursiku mulai berterbangan. Refleks aku menutup mukaku..


Tak ayal, pertengkaran sengit antara kedua sopir dan kedua kenek berlangsung sengit. Aku ngeliat seluruh badanku, Alhamdulillah ga ada satupun luka maupun tergores. Dengan hati2, aku menyingkirkan pecahan2 kaca yang masih menempel di tanganku dan seluruh bajuku. Malangnya nasib bapak2 di sebelahku, tampaknya dia terlambat menutup matanya sehingga ada serpihan kaca yang masuk ke matanya. Bahkan aku sempat melihat banyak pecahan kaca yang menancap di kening sopir yang duduk di depanku. Untung kami sudah hampir sampai tempat tujuan, sehingga kami bisa segera turun dari metromini naas itu. Kedua kakakku langsung khawatir, dikira aku terluka. Alhamdulillah, sekali lagi aku selamat..

Begitu tipis batas antara kehidupan dan kematian, begitu banyak kesempatan yang diberikan Allah buat aku untuk memperbaiki diri sebelum maut menghadang, but then again I’m too blind to see..

Ya Allah, berilah hidayah untuk hamba-Mu yang bebal ini agar selalu bersyukur sebelum ajal menjemput hamba.. Amin.

0 komentar:

Posting Ter-Gress

Komentar Ter-Gress

Kategori

binatang (3) ga penting (15) imajinasi (4) lucu2-an (6) renungan (14) resensi (6) tegang (2) tips (4)

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP